LOMBA
KARYA TULIS DAN PENYIARAN
PTPN X
Jalan Jembatan Merah No. 3-11, Surabaya
60175
Telepon: (031) 3523143 (hunting) | Fax: (031) 3523167
E-mail: contact@ptpn10.com
Telepon: (031) 3523143 (hunting) | Fax: (031) 3523167
E-mail: contact@ptpn10.com
KATEGORI
:
UMUM
TEMA:
Prospek
Industri Gula Nasional ( Peluang, Tantangan dan Peran PTPN X Persero )
JUDUL
KARYA TULIS :
Revitalisasi Pabrik Gula dibawah kendali
kerja PTPN X (Persero) guna menunjang Hasil Produksi Gula Nasional
DISUSUN
OLEH :
AKHMAD
RIVAI ARDIANTORO
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
1.
Pendahuluan
1.1. Tema
:
Prospek Industri Gula Nasional ( Peluang,
Tantangan dan Peran PTPN X Persero )
1.2. Judul
Revitalisasi
Pabrik Gula dibawah kendali kerja PTPN X (Persero) guna menunjang Hasil
Produksi Gula Nasional
1.3. Latar
Belakang
Gula di dalam perekonomian Indonesia
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis, karena gula merupakan salah
satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.. Seperti halnya komoditas beras,
gula merupakan komoditas yang keberadaannya selama ini sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah. Banyak persoalan yang mengharuskan pemerintah ikut campur
tangan dalam hal pergulaan nasional, mulai dari produktivitas industri gula
yang cenderung merosot, tingkat komsumsi gula pasir nasional yang besar, dan
juga keberadaan gula impor yang lebih murah.
Industri gula di Indonesia telah
berusia ratusan tahun, yaitu sejak tahun
1637, ketika pabrik gula (PG) pertama berdiri di Pulau Jawa. Pada tahun 1950
terdapat 30 PG dengan lahan yang ditanami tebu seluas 27.783 hektar dan produktivitas
gulanya mencapai 9,4 ton/ha. Pada tahun 1956 jumlah PG meningkat menjadi 51
buah, meningkat lagi menjadi 67 buah pada tahun 1989 dan 68 buah PG pada tahun
1995. Kemudian meningkat lagi menjadi 70 buah pada tahun 1997, yaitu 57 unit PG
di Pulau Jawa dan 13 unit di luar Pulau Jawa.
Sejak 1997 - 2001, meskipun tercatat ada 70 PG, tetapi hanya 59 PG yang
masih aktif giling pada tahun 2001. Kekurangan bahan baku (tebu) menjadi faktor utama tutupnya 10 PG di Jawa.
Dari 60 yang masih aktif, setengahnya beroperasi di bawah kapasitas gilingannya
(under capacity) sehingga tidak efesien. Pada saat ini jumlah pabrik
gula di Indonesia sebanyak 70 buah, 59 PG aktif dan 11 lainnya tidak aktif.
Dari jumlah tersebut, 57 PG berada di Jawa (47 aktif, 10 tutup), dan luar Jawa
sebanyak 13 buah (12 aktif dan 1 tutup). (1).
Permintaan gula nasional setiap tahunnya mengalami laju peningkatan yang
cukup signifikan yaitu 2,96% per tahun. Meningkatnya permintaan gula nasional
ternyata tidak diikuti dengan peningkatan total produksi dalam negeri, bahkan
secara umum produksi gula nasional cenderung menurun dengan laju 3,03% per
tahun. Dalam periode 1996-2006, produksi gula nasional hanya mampu memenuhi
54,09% dari total konsumsi gula nasional. Bahkan pada periode 1998-2002, produksi
gula mengalami penurunan dengan laju 6,14 persen per tahun. (2).
Berbagai kebijakan yang berkaitan industri
pergulaan nasional telah dikeluarkan pemerintah baik sebelum masa krisis
moneter (1988-1997) maupun setelah krisis moneter (1998-2004). Bahkan tidak
kurang 24 (dua puluh empat) kebijakan pemerintah telah dikeluarkan selama
periode 1998-2004.
Kebijakan - kebijakan penting yang berkaitan
dengan industri gula nasional yang telah dikeluarkan pemerintah khususnya
setelah masa krisis moneter antara lain kebijakan tentang pencabutan Program
Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) pada tahun 1999, tata niaga impor, pembentukan
Dewan Gula Nasional, perubahan
bea masuk gula impor yang berdasarkan prosentase dari semula 20% hingga 25 %
menjadi tarif spesifik Rp. 550,-/kg untuk gula kasar (raw sugar), Rp. 700,-/kg
untuk gula putih dan Rp. 750,- untuk gula bit. Pemberian subsidi bagi petani
sebesar Rp. 500,-/kg, dan penerapan
wajib Standar Nasional Indonesia (SNI). (3)
Program swasembada gula yang sedang di lakukan pemerintah selalu
mengalami peningkatan. Dimulai dengan pembenahan di beberapa sektor. Diantaranya
kapasitas lahan pertanian tebu, dan peningkatan sumber daya alam serta
peningkatan nilai kesejahteraan bagi para petani. Di satu sisi, masih ada
kendala yang di hadapi pemerintah serta perusahaan yang menanganinya dalam hal
ini yaitu PTPN X ( Persero ). Masalah yang sedang dihadapi oleh pemerintah
yaitu masih kurang optimalnya produksi gula nasional. Dikerenakan masih
menggunakan mesin – mesin lama yang kita tahu usia nya sudah cukup tua untuk
memenuhi kebutuhan gula nasional.
Dengan
Merevitalisasi pabrik gula yang ada dibawah kendali PTPN X ( Persero )
diharapkan mampu meningkatkan hasil Produksi Gula Nasional. Sehingga dapat
memenuhi kebutuhan Gula Nasional dan pada akhirnya Program Swasembada Gula yang
di rencanakan pemerintah dapat berjalan dengan baik dan mampu bersaing dengan
Produsen Gula Luar Negeri.
1.4. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana Peluang Industri Gula Nasional
Khususnya wilayah kerja PTPN X (Persero)?
b. Apa saja yang Tantangan yang dihadapi oleh
PTPN X ( Persero ) dalam meningkatkan kinerjanya dalam hal Produksi Gula
Nasional?
c. Bagaimana Peran PTPN X ( Persero ) dalam
Industri Gula Nasional?
d. Bagaimana cara nya Produksi Gula yang
dihasilkan Pabrik Gula dibawah Naungan PTPN X (Persero) dapat meningkat?
1.5. Tujuan
Penelitian
a.
Mengetahui
Peluang Industri Gula Nasional Khususnya wilayah kerja PTPN X (Persero)
b.
Mengetahui
Tantangan yang akan dihadapi oleh PTPN X ( Persero ) dalam meningkatkan
kinerjanya dalam hal Produksi Gula Nasional.
c.
Mengetahui
Peranan PTPN X ( Persero ) dalam Industri Gula Nasional.
d.
Mengetahui
cara untuk meningkatkan Produksi Gula yang dihasilkan pabrik gula di bawah
naungan PTPN X (Persero).
1.6. Luaran
yang diharapkan
Berdasarkan dengan Penelitian yang di
lakukan di harapkan penelitian memberikan solusi yang lebih kepada PTPN X (
Persero ) di dalam upaya meningkatkan tingkat Produktivitasnya dalam proses
produksi gula. Dengan metode Revitalisasi pabrik gula diharapkan pencapaian
nilai produksi yang diharapkan dapat tercapai.
2.
Tinjauan Pustaka
A.
Analisis Peluang Industri Gula Nasional
Industri
Gula Nasional terus berkembang seiring bertambahnya kebutuhan akan Gula
Nasional. Dengan pencanangan Program Swasembada Gula yang di lakukan Pemerintah
maka menuntut Dunia Industri Gula Nasional semakin meningkatkan factor komoditi
nya. Tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan Gula Nasional Menciptakan sebuah
peluang kepada para pelaku Perindustrian Gula Nasional. Industri Gula Nasional
semakin ke depan akan terus berkembang dan akan akan mampu bersaing dengan para
Produsen Luar Negeri.
B.
Analisis Faktor Kendala ( Tantangan ) yang akan
di hadapi Industri Gula Nasional
Mengacu pada peluang yang cukup besar untuk para pelaku perindustrian
Gula Nasional akan menimbulkan suatu bentuk Tantangan tersendiri. Untuk
mencapai Tingkatan yang tinggi dari setiap rencana yang di canangkan oleh
setiap pelaku industry pastilah selalu menemukan suatu kendala atau masalah.
Masalah yang perlu dihadapi untuk kemajuan industry Gula Nasional antara lain
yaitu :
·
Luas Area Perkebunan PTPN X ( Persero )
Untuk luas area tanam tebu tahun 2013
diperkirakan meningkat menjadi 76.000 hektare dari 72.000 hektare tahun ini.
Dari jumlah itu, 2.000 hektare lahan milik PTPN X dan 70.000 hektare sisanya
kebun tebu rakyat. Pada 2013 mendatang PTPN X menambah kapasitas produksi dan mengoptimalisasi
11 pabrik gula.
·
belanja modal atau capital expenditure (capex)
Untuk optimalisasi 11 pabrik gula
tersebut butuh belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai
Rp 560 miliar. Salah satunya, modenisasi dan penambahan kapasitas giling PG
Kremboong di Kabupaten Sidoarjo. Saat ini, PG Kremboong memiliki kapasitas
giling 1.600 ton cane day (TCD). Tahun depan akan menjadi 2.500 TCD.
"Tentunya produksi gula tahun depan juga naik lagi,"
PG Kremboong berdiri pada 1847 dan
alat-alat produksinya berusia 1 abad lebih. Karena itu, manajemen PTPN X harus segera
merevitalisasi PG Kremboong dengan tidak menghilangkan sentuhan sejarahnya.
·
Peningkatan SDM dan kualitas bibit tanaman
Peningkatan SDM didasarkan pada kualitas para
pekerja Pabrik Gula yang Harus terus ditingkatkan. Hal ini didasarkan jika
Sumber Daya Manusia nya dapat mumpuni atau menguasai bidangnya dengan sangat
baik, Bukan tidak mungkin peningkatan nilai Produksi akan terus bertambah.
Disamping itu Pemilihan kualitas bibit
Tanaman untuk para petani sebaiknya lebih di tingkatkan lagi dan perlu
pengawasan yang extra. Hal ini di dasarkan jika tanpa adanya pengawasan dari
perusahaan yang bernaung di bawah PTPN X maka akan merugikan di kedua belah
pihak. Kerugian yang ditimbulkan selain hasil produksi yang kurang baik masih
ada beberapa hal yang akan muncul jika kualitas bibit tanaman tidak di awasi
dari awal. Diantaranya : Merosotnya kepercayaan para konsumen akan hasil
produksi Pabrik Gula, Harga jual akan jatuh di pasaran, sulit untuk bersaing
dengan komoditi impor, bagi petani hal yang mungkin terjadi adalah hasil panen
yang kurang maksimal.
·
Revitalisasi Mesin Produksi
Untuk mencapai nilai produksi sesuai yang diinginkan
oleh pabrik gula di bawah naungan PTPN X harus dimulai dari sisi pemilihan
bibit tanaman untuk para petani, Peningkatan SDM, perluasan Area Perkebunan,
dan yang paling berpengaruh jika semua aspek telah terpenuhi adalah perlunya
Revitalisasi Mesin – mesin produksi yang dimiliki oleh PTPN X.
Mesin – mesin Produksi merupakan bagian
terpenting dari proses produksi. Seperti yang kita ketahui saat ini, masih kita
jumpai mesin – mesin yang digunakan oleh PTPN X dalam kegiatan produksinya
tidak lain merupakan mesin – mesin yang sudah uzur. Mesin – mesin tersebut
tidak mampu menampung kapasitas produksi sesuai yang diharapkan. Maka dari itu,
diperlukannya revitalisasi pada mesin – mesin produksi PTPN X.
·
Peningkatan Mutu Kerja (Kualitas hasil olahan)
Dalam dunia kerja, hasil akhir dari sebuah
pekerjaan itu sangatlah penting dan perlu mendapat apresiasi khusus. Mutu hasil
olahan sangat berpengaruh pada kepuasan pasar dalam menerima hasil produksi.
Dalam hal ini yang
dimaksud adalah PTPN X wajib untuk memperhatikan rule atau standard yang telah
di tetapkan oleh dinas terkait ataupun pemerintahan. Mutu hasil olahan tidak
dinilai dari sisi penampakan nya saja, tetapi juga dari sisi tingkat
kebersihan, kandungan zat terkait Limbah 3B, dan juga kualitas mutu kemasan.
Dan masih banyak lagi yang perlu diperhatikan oleh PTPN X jika ingin bersaing
dan ikut memajukan industry Gula Nasional.
·
Proses Perluasan Area Pemasaran
Dalam dunia usaha perindustrian kita mengenal
adanya proses persiapan, produksi, dan yang terakhir ada proses marketing.
Khusus untuk yang terakhir, tantangan yang begitu jelas hadir dari competitor
luar negeri atau bisa dibilang komoditi Gula Impor.
Persaingan dalam pemasaran hasil olahan
berupa Gula sangat terasa di kalangan masyarakat. Banyaknya Gula Impor yang
beredar dipasaran dengan berbagai label nya dan juga dengan harga yang relative
murah mampu melewati tingkat penjualan Gula Nasional.
PTPN X harus jeli dalam memanfaatkan peluang
sedikit apapun. Jika di tinjau dari beberapa aspek, aspek yang memungkinkan
untuk dapat di saingi oleh produsen Gula Nasional di bawah naungan PTPN X
adalah dari aspek harga dan peningkatan mutu hasil olahan serta kemasannya.
Jika PTPN X mampu untuk mengalahkan akan
kecenderungan masyarakat terhadap produk impor. Bukan tidak mungkin Prospek
Industri Gula Nasional akan sangat menjanjikan ke depannya. Terlebih hal
tersebut akan memicu para investor luar untuk menanamkan modalnya di INDONESIA.
· Stabilisasi
Kinerja dengan para Investor baik dalam Negeri maupun Luar Negeri.
Hubungan yang baik antar para Investor baik
Dalam Negeri maupun Luar Negeri dengan PTPN X haruslah terus di jaga. Ini
menjadi tantangan tersendiri jika ingin memajukan perusahaan. Peran Investor
sangatlah vital di dalam menunjang kemajuan perindustrian. Jika semua hal
terkait hubungan baik dengan para investor dapat terjaga bukan tidak mungkin
para investor yang sudah ada mau menanamkan lebih lagi modalnya untuk kemajuan
industry.
C.
Analisis Peranan PTPN X ( Persero ) terhadap
Industri Gula Nasional
Badan usaha milik negara yang
bergerak di industri gula, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X,
mampu memproduksi gula sebanyak 494.000 ton sepanjang 2012. Angka ini naik
10,7 persen dibanding produksi 2011 sebesar 446.000 ton.
Peningkatan produksi ditopang oleh beroperasinya
mesin-mesin produksi gula baru. Sejak 2010, beberapa pabrik gula di bawah
naungan PTPN X telah sukses melalui audit performance. Perseroan sendiri
telah merampungkan proses penggilingan tebu di 11 pabrik gula dan memasuki
tutup giling tebu. Peningkatan rendemen dan pasokan tebu menjadi faktor
bertambahnya produksi gula perusahaan. Produksi tebu yang diolah di pabrik gula
milik PTPN X tahun ini mencapai 6.072 juta ton, tumbuh 8,1% dibandingkan tahun
2011 sebesar 5.616 juta ton.
Kenaikan rendeman tebu juga meningkat
menjadi 8,14 persen dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 7,94 persen. Hal ini
tak lepas dari revitalisasi mesin-mesin produksi dan luas area tanam tebu di
bawah PTPN X. Dengan demikian, bisa memaksimalkan potensi rendemen dan meningkatkan
produksi gula PTPN X. Perbaikan yang bersifat pararel. Tahun 2011 PG Pesantren
Baru sudah direvitalisasi. Dalam artian tidak harus mengganti total, mana yang
masih layak dipertahankan.
Saat ini PTPN X mempunyai 11 pabrik
gula (PG) yang tersebar di wilayah Jatim yakni Watoetoelis, Toelangan,
Kremboong di Sidoarjo, Gempolkerep (Mojokerto), Djombang Baru, dan Tjoekir
(Jombang), PG Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru dan Ngadirejo
(Kediri), serta PG Modjopanggoong (Tulungagung).
Kapasitas giling inklusif terpasang
seluruh pabrik gula di bawah PTPN X mencapai 42.000 ton cane per day (TCD), dan
sudah digunakan 37.000 TCD. Ditargetkan tahun 2013 kapasitas ditingkatkan
hingga 40.000 TCD. Pada 2014 mendatang kapasitas giling juga ditarget meningkat
sebesar 41.000 TCD.
Dalam hal rendemen, 11 PG di
lingkungan PTPN X juga mengalami kenaikan yakni di awal musim giling 2011
rendemen rata-rata 7,95 persen, di awal giling 2012 menjadi 8 persen. Kenaikan
itu mampu mendongkrak produksi gula PTPN X sebesar 525.000 ton, dibanding 2011
sebanyak 475.000 ton.
2.1. Daftar
Pustaka
1)
Ismail, Nurmahmudi,”Strategi Peningkatan Produksi Gula Nasional”,
Jurnal sains dan teknologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 (Juni 2001)
2)
Surono, Sulastri,”Kebijakan
dalam Industri Gula”, bahan kuliah MPKP UI, 2002
3)
–’Dewan Gula
Indonesia, 2002
4)
Amrullah, S.
“Kebijakan Ekonomi Gula Indonesia, Kaitannya dengan Perdagangan Gula Dunia :
Suatu Analisis Simulasi”, FE UI, 2001
5)
R. Susila,
Wayan dan M. Sinaga, Bonar, ”Analisis Kebijakan Industri Pergulaan Indonesia”, Jurnal Agro Ekonomi, Vo. 23 No. 1, Mei
2005, hal. 30-35
2.2. Riwayat Penulis
Nama : Akhmad Rivai Ardiantoro
TTL :
Serang, 15 April 1992
No.
Handphone : 085879138950
Email : akhmad_seiro@yahoo.co.id
Pendidikan
: Saat ini sedang mendalami pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta //
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan // Angkatan 2011 // Prodi
Teknik Sipil DIII
Pekerjaan :
Saat ini bekerja sebagai staff pengajar di sebuah lembaga privat untuk SMP dan
SMA.