Thursday, January 10, 2013

LOMBA KARYA TULIS DAN PENYIARAN
                                            PTPN X
Jalan Jembatan Merah No. 3-11, Surabaya 60175
Telepon: (031) 3523143 (hunting) | Fax: (031) 3523167
E-mail: contact@ptpn10.com

KATEGORI :
UMUM

TEMA:
Prospek Industri Gula Nasional ( Peluang, Tantangan dan Peran PTPN X Persero )
JUDUL KARYA TULIS :
Revitalisasi Pabrik Gula dibawah kendali kerja PTPN X (Persero) guna menunjang Hasil Produksi Gula Nasional













 












DISUSUN OLEH :
AKHMAD RIVAI ARDIANTORO




UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013

1.     Pendahuluan

1.1.  Tema :
Prospek Industri Gula Nasional ( Peluang, Tantangan dan Peran PTPN X Persero )


 










1.2.  Judul
Revitalisasi Pabrik Gula dibawah kendali kerja PTPN X (Persero) guna menunjang Hasil Produksi Gula Nasional

1.3.  Latar Belakang
       Gula di dalam perekonomian Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan strategis, karena gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.. Seperti halnya komoditas beras, gula merupakan komoditas yang keberadaannya selama ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Banyak persoalan yang mengharuskan pemerintah ikut campur tangan dalam hal pergulaan nasional, mulai dari produktivitas industri gula yang cenderung merosot, tingkat komsumsi gula pasir nasional yang besar, dan juga keberadaan gula impor yang lebih murah.
       Industri gula di Indonesia telah berusia ratusan tahun, yaitu sejak  tahun 1637, ketika pabrik gula (PG) pertama berdiri di Pulau Jawa. Pada tahun 1950 terdapat 30 PG dengan lahan yang ditanami tebu seluas 27.783 hektar dan produktivitas gulanya mencapai 9,4 ton/ha. Pada tahun 1956 jumlah PG meningkat menjadi 51 buah, meningkat lagi menjadi 67 buah pada tahun 1989 dan 68 buah PG pada tahun 1995. Kemudian meningkat lagi menjadi 70 buah pada tahun 1997, yaitu 57 unit PG di Pulau Jawa dan 13 unit di luar Pulau Jawa.  Sejak 1997 - 2001, meskipun tercatat ada 70 PG, tetapi hanya 59 PG yang masih aktif giling pada tahun 2001. Kekurangan bahan baku (tebu) menjadi faktor utama tutupnya 10 PG di Jawa. Dari 60 yang masih aktif, setengahnya beroperasi di bawah kapasitas gilingannya (under capacity) sehingga tidak efesien. Pada saat ini jumlah pabrik gula di Indonesia sebanyak 70 buah, 59 PG aktif dan 11 lainnya tidak aktif. Dari jumlah tersebut, 57 PG berada di Jawa (47 aktif, 10 tutup), dan luar Jawa sebanyak 13 buah (12 aktif dan 1 tutup). (1).
       Permintaan gula nasional setiap tahunnya mengalami laju peningkatan yang cukup signifikan yaitu 2,96% per tahun. Meningkatnya permintaan gula nasional ternyata tidak diikuti dengan peningkatan total produksi dalam negeri, bahkan secara umum produksi gula nasional cenderung menurun dengan laju 3,03% per tahun. Dalam periode 1996-2006, produksi gula nasional hanya mampu memenuhi 54,09% dari total konsumsi gula nasional. Bahkan pada periode 1998-2002, produksi gula mengalami penurunan dengan laju 6,14 persen per tahun. (2).

       Berbagai kebijakan yang berkaitan industri pergulaan nasional telah dikeluarkan pemerintah baik sebelum masa krisis moneter (1988-1997) maupun setelah krisis moneter (1998-2004). Bahkan tidak kurang 24 (dua puluh empat) kebijakan pemerintah telah dikeluarkan selama periode 1998-2004.
       Kebijakan - kebijakan penting yang berkaitan dengan industri gula nasional yang telah dikeluarkan pemerintah khususnya setelah masa krisis moneter antara lain kebijakan tentang pencabutan Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) pada tahun 1999, tata niaga impor, pembentukan Dewan Gula Nasional, perubahan bea masuk gula impor yang berdasarkan prosentase dari semula 20% hingga 25 % menjadi tarif spesifik Rp. 550,-/kg untuk gula kasar (raw sugar), Rp. 700,-/kg untuk gula putih dan Rp. 750,- untuk gula bit. Pemberian subsidi bagi petani sebesar Rp. 500,-/kg, dan penerapan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI). (3)
       Program swasembada gula yang sedang di lakukan pemerintah selalu mengalami peningkatan. Dimulai dengan pembenahan di beberapa sektor. Diantaranya kapasitas lahan pertanian tebu, dan peningkatan sumber daya alam serta peningkatan nilai kesejahteraan bagi para petani. Di satu sisi, masih ada kendala yang di hadapi pemerintah serta perusahaan yang menanganinya dalam hal ini yaitu PTPN X ( Persero ). Masalah yang sedang dihadapi oleh pemerintah yaitu masih kurang optimalnya produksi gula nasional. Dikerenakan masih menggunakan mesin – mesin lama yang kita tahu usia nya sudah cukup tua untuk memenuhi kebutuhan gula nasional.
       Dengan Merevitalisasi pabrik gula yang ada dibawah kendali PTPN X ( Persero ) diharapkan mampu meningkatkan hasil Produksi Gula Nasional. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan Gula Nasional dan pada akhirnya Program Swasembada Gula yang di rencanakan pemerintah dapat berjalan dengan baik dan mampu bersaing dengan Produsen Gula Luar Negeri.





1.4.  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Peluang Industri Gula Nasional Khususnya wilayah kerja PTPN X (Persero)?
b.      Apa saja yang Tantangan yang dihadapi oleh PTPN X ( Persero ) dalam meningkatkan kinerjanya dalam hal Produksi Gula Nasional?
c.       Bagaimana Peran PTPN X ( Persero ) dalam Industri Gula Nasional?
d.      Bagaimana cara nya Produksi Gula yang dihasilkan Pabrik Gula dibawah Naungan PTPN X (Persero) dapat meningkat?

1.5.  Tujuan Penelitian
a.       Mengetahui Peluang Industri Gula Nasional Khususnya wilayah kerja PTPN X (Persero)
b.      Mengetahui Tantangan yang akan dihadapi oleh PTPN X ( Persero ) dalam meningkatkan kinerjanya dalam hal Produksi Gula Nasional.
c.       Mengetahui Peranan PTPN X ( Persero ) dalam Industri Gula Nasional.
d.      Mengetahui cara untuk meningkatkan Produksi Gula yang dihasilkan pabrik gula di bawah naungan PTPN X (Persero).

1.6.  Luaran yang diharapkan
       Berdasarkan dengan Penelitian yang di lakukan di harapkan penelitian memberikan solusi yang lebih kepada PTPN X ( Persero ) di dalam upaya meningkatkan tingkat Produktivitasnya dalam proses produksi gula. Dengan metode Revitalisasi pabrik gula diharapkan pencapaian nilai produksi yang diharapkan dapat tercapai.

2.    Tinjauan Pustaka
A.    Analisis Peluang Industri Gula Nasional
Industri Gula Nasional terus berkembang seiring bertambahnya kebutuhan akan Gula Nasional. Dengan pencanangan Program Swasembada Gula yang di lakukan Pemerintah maka menuntut Dunia Industri Gula Nasional semakin meningkatkan factor komoditi nya. Tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan Gula Nasional Menciptakan sebuah peluang kepada para pelaku Perindustrian Gula Nasional. Industri Gula Nasional semakin ke depan akan terus berkembang dan akan akan mampu bersaing dengan para Produsen Luar Negeri.


B.     Analisis Faktor Kendala ( Tantangan ) yang akan di hadapi Industri Gula Nasional
Mengacu pada peluang yang cukup besar untuk para pelaku perindustrian Gula Nasional akan menimbulkan suatu bentuk Tantangan tersendiri. Untuk mencapai Tingkatan yang tinggi dari setiap rencana yang di canangkan oleh setiap pelaku industry pastilah selalu menemukan suatu kendala atau masalah. Masalah yang perlu dihadapi untuk kemajuan industry Gula Nasional antara lain yaitu :

·         Luas Area Perkebunan PTPN X ( Persero )
Untuk luas area tanam tebu tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 76.000 hektare dari 72.000 hektare tahun ini. Dari jumlah itu, 2.000 hektare lahan milik PTPN X dan 70.000 hektare sisanya kebun tebu rakyat. Pada 2013 mendatang PTPN X menambah kapasitas produksi dan mengoptimalisasi 11 pabrik gula.
·         belanja modal atau capital expenditure (capex)
           Untuk optimalisasi 11 pabrik gula tersebut butuh belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 560 miliar. Salah satunya, modenisasi dan penambahan kapasitas giling PG Kremboong di Kabupaten Sidoarjo. Saat ini, PG Kremboong memiliki kapasitas giling 1.600 ton cane day (TCD). Tahun depan akan menjadi 2.500 TCD. "Tentunya produksi gula tahun depan juga naik lagi,"
           PG Kremboong berdiri pada 1847 dan alat-alat produksinya berusia 1 abad lebih. Karena itu, manajemen PTPN X harus segera merevitalisasi PG Kremboong dengan tidak menghilangkan sentuhan sejarahnya.
·         Peningkatan SDM dan kualitas bibit tanaman



Peningkatan SDM didasarkan pada kualitas para pekerja Pabrik Gula yang Harus terus ditingkatkan. Hal ini didasarkan jika Sumber Daya Manusia nya dapat mumpuni atau menguasai bidangnya dengan sangat baik, Bukan tidak mungkin peningkatan nilai Produksi akan terus bertambah.
Disamping itu Pemilihan kualitas bibit Tanaman untuk para petani sebaiknya lebih di tingkatkan lagi dan perlu pengawasan yang extra. Hal ini di dasarkan jika tanpa adanya pengawasan dari perusahaan yang bernaung di bawah PTPN X maka akan merugikan di kedua belah pihak. Kerugian yang ditimbulkan selain hasil produksi yang kurang baik masih ada beberapa hal yang akan muncul jika kualitas bibit tanaman tidak di awasi dari awal. Diantaranya : Merosotnya kepercayaan para konsumen akan hasil produksi Pabrik Gula, Harga jual akan jatuh di pasaran, sulit untuk bersaing dengan komoditi impor, bagi petani hal yang mungkin terjadi adalah hasil panen yang kurang maksimal.
·         Revitalisasi Mesin Produksi
Untuk mencapai nilai produksi sesuai yang diinginkan oleh pabrik gula di bawah naungan PTPN X harus dimulai dari sisi pemilihan bibit tanaman untuk para petani, Peningkatan SDM, perluasan Area Perkebunan, dan yang paling berpengaruh jika semua aspek telah terpenuhi adalah perlunya Revitalisasi Mesin – mesin produksi yang dimiliki oleh PTPN X.
Mesin – mesin Produksi merupakan bagian terpenting dari proses produksi. Seperti yang kita ketahui saat ini, masih kita jumpai mesin – mesin yang digunakan oleh PTPN X dalam kegiatan produksinya tidak lain merupakan mesin – mesin yang sudah uzur. Mesin – mesin tersebut tidak mampu menampung kapasitas produksi sesuai yang diharapkan. Maka dari itu, diperlukannya revitalisasi pada mesin – mesin produksi PTPN X.
·         Peningkatan Mutu Kerja (Kualitas hasil olahan)
Dalam dunia kerja, hasil akhir dari sebuah pekerjaan itu sangatlah penting dan perlu mendapat apresiasi khusus. Mutu hasil olahan sangat berpengaruh pada kepuasan pasar dalam menerima hasil produksi.
           Dalam hal ini yang dimaksud adalah PTPN X wajib untuk memperhatikan rule atau standard yang telah di tetapkan oleh dinas terkait ataupun pemerintahan. Mutu hasil olahan tidak dinilai dari sisi penampakan nya saja, tetapi juga dari sisi tingkat kebersihan, kandungan zat terkait Limbah 3B, dan juga kualitas mutu kemasan. Dan masih banyak lagi yang perlu diperhatikan oleh PTPN X jika ingin bersaing dan ikut memajukan industry Gula Nasional.
·         Proses Perluasan Area Pemasaran
Dalam dunia usaha perindustrian kita mengenal adanya proses persiapan, produksi, dan yang terakhir ada proses marketing. Khusus untuk yang terakhir, tantangan yang begitu jelas hadir dari competitor luar negeri atau bisa dibilang komoditi Gula Impor.
Persaingan dalam pemasaran hasil olahan berupa Gula sangat terasa di kalangan masyarakat. Banyaknya Gula Impor yang beredar dipasaran dengan berbagai label nya dan juga dengan harga yang relative murah mampu melewati tingkat penjualan Gula Nasional.
PTPN X harus jeli dalam memanfaatkan peluang sedikit apapun. Jika di tinjau dari beberapa aspek, aspek yang memungkinkan untuk dapat di saingi oleh produsen Gula Nasional di bawah naungan PTPN X adalah dari aspek harga dan peningkatan mutu hasil olahan serta kemasannya.
Jika PTPN X mampu untuk mengalahkan akan kecenderungan masyarakat terhadap produk impor. Bukan tidak mungkin Prospek Industri Gula Nasional akan sangat menjanjikan ke depannya. Terlebih hal tersebut akan memicu para investor luar untuk menanamkan modalnya di INDONESIA.
·      Stabilisasi Kinerja dengan para Investor baik dalam Negeri maupun Luar Negeri.
Hubungan yang baik antar para Investor baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri dengan PTPN X haruslah terus di jaga. Ini menjadi tantangan tersendiri jika ingin memajukan perusahaan. Peran Investor sangatlah vital di dalam menunjang kemajuan perindustrian. Jika semua hal terkait hubungan baik dengan para investor dapat terjaga bukan tidak mungkin para investor yang sudah ada mau menanamkan lebih lagi modalnya untuk kemajuan industry.

C.    Analisis Peranan PTPN X ( Persero ) terhadap Industri Gula Nasional



           Badan usaha milik negara yang bergerak di industri gula, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, mampu memproduksi gula sebanyak 494.000 ton sepanjang 2012. Angka ini naik 10,7 persen dibanding produksi 2011 sebesar 446.000 ton.
           Peningkatan produksi ditopang oleh beroperasinya mesin-mesin produksi gula baru. Sejak 2010, beberapa pabrik gula di bawah naungan PTPN X telah sukses melalui audit performance. Perseroan sendiri telah merampungkan proses penggilingan tebu di 11 pabrik gula dan memasuki tutup giling tebu. Peningkatan rendemen dan pasokan tebu menjadi faktor bertambahnya produksi gula perusahaan. Produksi tebu yang diolah di pabrik gula milik PTPN X tahun ini mencapai 6.072 juta ton, tumbuh 8,1% dibandingkan tahun 2011 sebesar 5.616 juta ton.
           Kenaikan rendeman tebu juga meningkat menjadi 8,14 persen dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 7,94 persen. Hal ini tak lepas dari revitalisasi mesin-mesin produksi dan luas area tanam tebu di bawah PTPN X. Dengan demikian, bisa memaksimalkan potensi rendemen dan meningkatkan produksi gula PTPN X. Perbaikan yang bersifat pararel. Tahun 2011 PG Pesantren Baru sudah direvitalisasi. Dalam artian tidak harus mengganti total, mana yang masih layak dipertahankan. 
           Saat ini PTPN X mempunyai 11 pabrik gula (PG) yang tersebar di wilayah Jatim yakni Watoetoelis, Toelangan, Kremboong di Sidoarjo, Gempolkerep (Mojokerto), Djombang Baru, dan Tjoekir (Jombang), PG Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru dan Ngadirejo (Kediri), serta PG Modjopanggoong (Tulungagung).
           Kapasitas giling inklusif terpasang seluruh pabrik gula di bawah PTPN X mencapai 42.000 ton cane per day (TCD), dan sudah digunakan 37.000 TCD. Ditargetkan tahun 2013 kapasitas ditingkatkan hingga 40.000 TCD. Pada 2014 mendatang kapasitas giling juga ditarget meningkat sebesar 41.000 TCD.
           Dalam hal rendemen, 11 PG di lingkungan PTPN X juga mengalami kenaikan yakni di awal musim giling 2011 rendemen rata-rata 7,95 persen, di awal giling 2012 menjadi 8 persen. Kenaikan itu mampu mendongkrak produksi gula PTPN X sebesar 525.000 ton, dibanding 2011 sebanyak 475.000 ton.

2.1.  Daftar Pustaka
1)   Ismail, Nurmahmudi,”Strategi Peningkatan Produksi Gula Nasional”, Jurnal sains dan teknologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 (Juni 2001)
2)   Surono, Sulastri,”Kebijakan dalam Industri Gula”, bahan kuliah MPKP UI, 2002
3)   –’Dewan Gula Indonesia, 2002
4)   Amrullah, S. “Kebijakan Ekonomi Gula Indonesia, Kaitannya dengan Perdagangan Gula Dunia : Suatu Analisis Simulasi”, FE UI, 2001
5)   R. Susila, Wayan dan M. Sinaga, Bonar, ”Analisis Kebijakan    Industri Pergulaan Indonesia”, Jurnal Agro Ekonomi, Vo. 23 No. 1, Mei 2005, hal. 30-35



2.2.  Riwayat Penulis


Nama                        : Akhmad Rivai Ardiantoro
TTL                           : Serang, 15 April 1992
No. Handphone        : 085879138950
Email                         : akhmad_seiro@yahoo.co.id
Pendidikan               : Saat ini sedang mendalami pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta // Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan // Angkatan 2011 // Prodi Teknik Sipil DIII
Pekerjaan                  : Saat ini bekerja sebagai staff pengajar di sebuah lembaga privat untuk SMP dan SMA.

1 comment: